>

Blog yang Memotivasi Anda

Hot

Membangun Persepsi

Admin | 1/26/2015 06:55:00 PM | 0 komentar

Seorang anak pencuri umumnya di kucilkan oleh masyarakat karena mereka menganggap bahwa dia pencuri juga, seorang perampok dan pembunuh yang sudah taubat sulit di terima masyarakat karena kelakuannya yang di ingat di masa lalu, begitu pula pada waktu Einstein begitu populer dengan rumus fisikanya yang E=mC2 itu banyak orang menganggap bahwa anak Einstein juga akan pintar seperti dirinya dan banyak yang ingin anak gadisnya di nikahkan dengan Einstein. Dari  tiga contoh itu kita menemukan adanya pembangunan persepsi. Persepsi itulah bisa mengelabui pikiran orang banyak.
Persepsi itu sendiri di ambil dari bahasa latin yaitu perceptio, percipio yang berarti tindakan menyusun, mengenali, dan menafsirkan informasi sensoris guna memeberikan gambaran dan pemahaman tentang lingkungan. Ya,  persepsi itu adalah sebuah pemahaman tentang sebuah gambaran. Pemahaman yang melalui berbagai macam proses yang dapat membangun sebuah gambaran yang baik dan yang buruk.

Persepsi buruk
Membuat sebuah persepsi buruk itu lah yang sangat mudah di dapatkan sesorang karena manusia lebih mudah mengingat kejadian buruk daripada kejadian yang baik. Seperti contoh anak pencuri di atas, mungkin si anak  tidak tahu apa sebenarnya yang dilakukan ayahnya sehingga dia di jauhi masyarakat dan mungkin juga si anak tidak tahu – menahu apa itu mencuri tapi masyarakatlah yang membangun persepsi itu. Persepsi itu juga yang mungkin mengubah jalan hidup si anak tersebut untuk tumbuh dewasa yaitu menjadi pencuri juga seperti ayahnya (“sudah terlanjur di anggap pencuri”) yang sebenarnya si anak tidak mengingininya sejak kecil. Persepsi buruk bisa menghancurkan anak kecil. Juga seperti contoh kedua seorang perampok dan pembunuh yang taubat juga sulit untuk di percaya karena dia sulit membalikkan persepsi masyarakat itu. Karena  masyarakat tidak mudah menghapus kejadian buruk itu apalagi keluarga korban. Lagi, persepsi buruk hampir membunuh karakter objeknya yaitu menghalangi si perampok dan pembunuh tadi untuk di terima masyarakat.

Persepsi baik
Inilah persepsi yang sulit membangunnya, tidak mudah untuk membangun persepsi yang mana di anggap orang yang paling jenius di abad 20 yaitu, Albert Einstein. Tidak hanya Albert Einsteinnya saja yang dianggap jenius tapi anak- anak (bakal calon) nya. Sampai – sampai anaknya pun di anggap jenius juga padahal itu belum tentu terjadi. Einstein memperoleh kejeniusannya setelah dia belajar keras bertahun- tahun begitu juga anaknya bukan serta – merta memperoleh kepintaran ayahnya. Begitu juga sewaktu seseorang ingin mencalonkan sebagai pejabat publik dia harus membangun persepsi bahwa dia akan sanggup memenuhi janji – janji yang akan di realisasikannya.

Persepsi cepat berubah
Ya. Persepsi itu cepat berubah. Akhir akhir ini kita di hadapkan terhadap dilema pemerintah yang harus menaikkan bbm. Dan  kenaikan bbm itu sendiri dengan tiba – tiba di umumkan oleh presiden kita dan inilah yang membuat persepsi yang baik bagi masyarakat terhadap presiden yaitu persepsi bahwa pak presiden kita cukup berani dan tegas, namun persepsi itu juga berubah dengan cepat sewaktu presiden kita mengumumkan turunnya harga bbm dan pengumuman sikap presiden kita terhadap kasus KPK vs POLRI. Ya, banyak yang bilang presiden kita tidak tegas!.

Memang persepsi baik dan buruk itu adalah bagai dua bangunan yang satu di atas rawa dan satunya lagi di tanah. Yang satu sulit di bangun dan yang satu begitu mudahnya kita membangunnya mungkin hanya dengan kesilapan saja. Namun, umumnya orang berlomba untuk membuat persepsi yang baik pada dirinya, agar masyarakat dapat menghargai dan menghormati si orang yang ingin membangun persepsi baik itu.

Eben Eizer Ritonga
Mahasiswa FP Universitas Methodist Indonesia
Minggu, 25 januari 2015



Category:

0 komentar